Rebo(r)n

Menjalani aktivitas hidup memang tak semudah petuah yang terlontar dari bibir manis Mario Teguh. Penuh lika-liku, pasti. Banyak masalah, apalagi. Maka tidak jarang banyak dari kita mengidap stress, yang kemudian berujung pada sakit. Sakit batin juga sakit jasmani. Beberapa cara yang ditempuh untuk mengatasi hal itu bermacam-macam. Salah satu yang paling mudah adalah mencari pelampiasan.

Banyak diantara kita memiliki rasa suka dan senang yang amat sangat terhadap objek tertentu. Mereka rela menghabiskan hampir setengah penghasilan hidupnya untuk memenuhi rasa sukanya tersebut. Ada kepuasan yang tak tergantikan ketika semuanya berhasil terpenuhi. Masalah dan beban hidup menjadi hilang sesaat, semangat pun kembali menyeruak. Itulah apa yang disebut dengan hobi.
Berbicara tentang hobi, tentunya saya tidak semaniak itu. Memang ada saja orang yang mampu hidup dari hobi yang ditekuninya.
Semenjak duduk di bangku SMA, entah mengapa saya suka menulis. Apa saja, tapi kebanyakan tulisan non fiksi. Mungkin karena saya kurang berbakat nulis cerpen apalagi puisi. Hobi saya ini pun berlanjut setelah berkenalan dengan yang namanya blog.
Awal perkenalan saya dengan blog dimulai saat duduk di bangku kuliah. Cukup telat ya, maklum pada zaman itu internet belum seseksi sekarang. Seperti biasa, tulisan yang saya posting di blog adalah non fiksi. Tujuan awalnya hanya bounty hunter (pemburu hadiah) saja. Lumayan buat uang jajan tambahan.
Agar tidak monoton, saya berpikir untuk mengembangkan hobi ini. Gayung pun bersambut, adalah komunitas blog yang kemudian saya ikuti. Akhirnya dimulailah pencarian komunitas blog di kota tempat kuliah saya ini. Seiring waktu berjalan, saya hisap habis ilmu-ilmu dari para penggiat komunitas blog tersebut hingga akhirnya saya lulus dan kembali ke kota asal, Cirebon.
Perlahan namun pasti, saya sudah mulai gusar karena tentu tidak bisa lagi kembali aktif di komunitas blog yang dulu, pada saat masih menimba ilmu strata satu. Oleh karena itu, saya kembali mencari komunitas blogger di Cirebon agar hobi ini tidak kian tenggelam.
Setelah penelusuran yang tak cukup melelahkan, akhirnya saya menemukan sebuah komunitas blogger Cirebon. Seingat saya, namanya hanya itu, tidak ada nama panggilan atau julukan yang membuat orang mudah untuk mengingatnya. Belakangan diketahui bahwa memang komunitas ini masih seumur jagung dan belum memiliki nama, seperti halnya Bengawan (komunitas blogger Solo) atau Loenpia (komunitas blogger Semarang).
Singkat cerita, awal pertemuan saya atau bisa disebut permulaan bergabung dengan komunitas blogger Cirebon terjadi di depan kantor Walikota. Saat itu malam hari, lingkungan sekitarnya cukup ramai karena memang waktunya di akhir pekan. Sekitar 10 orang hadir, semuanya sangat friendly, duduk lesehan melingkar mengobrol tentang blog, internet, yang dimulai dengan perkenalan diri masing-masing. Hangat dan sederhana.
Seiring berjalannya waktu, karena memang komunitas ini belum memiliki markas/basecamp permanen, kami melakukan diskusi dan sharing secara nomaden. Perdebatan mengenai penentuan nama komunitas pun kembali menyeruak. Ya, memang seharusnya kami memiliki sebuah nama. Tidak lucu, usia yang telah hampir mencapai 1 tahun lebih saat itu, tapi masih belum punya nama. Bayi yang akan keluar ke dunia saja, sudah dipikirkan masak-masak namanya sejak benih dalam rahim baru jadi. Kami perlu panggilan yang cukup mudah diingat dan merepresentasikan apa yang kami “perjuangkan” di daerah ini, ciri khas wilayah ini, yaitu Cirebon.
Akhirnya, setelah melalui proses perdebatan sengit yang tidak menimbulkan korban jiwa, nama komunitas ini muncul ke permukaan. Rebon, sebuah kata yang ringan, renyah, namun memiliki filosofi yang tidak dangkal. Berasal dari bahasa daerah ini, yang bermakna udang atau udang kecil. Hewan bertulang lunak yang rasanya enak ini merupakan salah satu komoditas perdagangan yang menjadi ciri utama daerah kami, Cirebon. Ya, kami berupaya mengangkat sektor pariwisata yang tak melulu mengenai makanan berbahan dasar rebon, tapi lebih dari itu. Edukasi, berbagi, dan mandiri, adalah gambaran besar mimpi kami ke depan.
Penentuan nama komunitas juga sebagai langkah perubahan yang tidak kami anggap enteng. Masa lalu yang membelit perkembangan komunitas ini, sedikit demi sedikit dipangkas bersama-sama. Dengan suntikan beberapa personil baru, termasuk saya, semoga Rebon mampu untuk lahir kembali, dengan wujud yang fresh, sesuai judul awal tulisan ini. Amin.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *